Jakarta - Pemerintah akan memberikan insentif berupa, bantuan modal kerja dan subsidi bunga bagi perusahaan yang tidak memecat karyawannya. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyampaikan insentif baru diberikan bila perusahaan lebih terbuka soal pajaknya.
"Kalau kita mau memberikan keleluasaan pajak kan perusahaannya harus terbuka juga soal pajak dan itu rupanya bukan pilihan," kata Bambang, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (22/9/2015).
Pemberian insentif, lanjut Bambang, akan dilakukan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Ia sudah memberi instruksi pada lembaga tersebut untuk menjaga usaha kecil dan menengah tidak gulung tikar.
"Kita juga sudah bilang bahwa LPEI akan kita kerahkan untuk menjaga modal kerja terutama level UKM. Agar mereka tidak mem-PHK karyawan," tutur Bambang.
Sasaran utamanya, tambah Bambang, sektor-sektor padat karya yang rawan melakukan PHK. Menurutnya, LPEI akan memberikan bantuan modal kerja dengan suku bunga murah yakni sebesar BI Rate 7,5 persen.
"Komitmen ini berlaku sementara. LPEI kan mendapat Penyertaan Modal Negara (PMN) Rp 1 triliun di tahun ini," tegas dia.
Sementara itu, Ketua Dewan Direksi LPEI Ngalim Sawega menjelaskan kinerja ekspor Indonesia ke beberapa negara tujuan utama saat ini, seperti ASEAN, Tiongkok, Jepang, Eropa, Amerika Serikat (AS), India, Timur Tengah, Korea, Afrika, Amerika Latin tengah sulit.
Dari negara-negara tersebut, sambungnya, ada tiga negara di mana ekspor Indonesia mengalami kenaikan dari sisi volume. Namun banyak pula produk-produk andalan ekspor Negara ini merosot tajam.
"Dengan ASEAN, pangsa pasar ekspor kita 20,3 persen. Nilainya US$ 11,4 miliar atau turun 12,4 persen sampai April 2015. Tercatat penurunan terjadi di produk bahan bakar mineral, produk elektronik, kendaraan. Sementara kenaikan ekspor terjadi di mesin dan reaktor nuklir," terang dia.
Dengan Eropa, tambah dia, pangsa pasar ekspor Indonesia 14 persen dengan nilai US$ 6 miliar atau mengalami kenaikan volume 0,3 persen. Ada penurunan ekspor di produk minyak hewan nabati, produk elektronik, karet dan produk karet, rajutan. Sedangkan produk alas kaki naik.
Ekspor Indonesia ke AS mengalami kenaikan volume 2 persen atau dengan pangsa pasar 11,5 persen. Ekspor beberapa produk merosot, seperti pakaian rajutan, karet dan produk karet, ikan dan hasil laut, peralatan elektronik.
"Ekspor kita ke Tiongkok menurun 19,3 persen, seperti bahan bakar mineral, minyak hewan nabati, produk olahan, kayu dan produk kayu. Ke Jepang juga turun 21,1 persen, diantaranya bahan bakar mineral, elektronik, nikel kayu dan produk kayu serta produk karet," papar Ngalim.
Dari hasil pemetaan LPEI, pemerintah perlu fokus pada sektor yang memproduksi atau mengolah CPO, tekstil dan produk tekstil, alas kaki, serta produk kertas. (Mf)
Sumber: Liputan6.com
0 komentar:
Posting Komentar